gems store

Properti In USA

Wow, Properti AS Lebih Murah Dibanding Properti Indonesia! 


Krisis finansial global yang meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian Amerika Serikat, membuat harga properti jatuh—bahkan lebih rendah dari harga properti di Indonesia. Hal itu terungkap saat Rumah.com berbincang dengan Antonio Zuniga, Executive Director Sterling Income, pengembang properti asal Houston, Texas, Amerika Serikat.
Antonio mengatakan, setiap wilayah di AS mendapat efek yang berbeda pasca-krisis. Namun, dalam empat tahun terakhir harga properti di AS mulai pulih, dengan harga rata-rata antara 50% - 90% dibandingkan sebelum krisis.

Dia memberi contoh spesifik, harga properti di Phoenix, Arizona pada 2009 di bawah USD30.000, padahal tiga tahun sebelumnya, nilai KPR-nya saja mencapai USD250.000 dengan harga jual hampir USD300.000. Di San Fransisco dan New York, harga tidak terlalu banyak turun. Di Los Angeles, nilai properti turun sekitar 30%-40%, sementara di bagian tengah AS, harga turun berkisar 50% - 70%.

“Hal tersebut terjadi pada 2009 dan 2010. Sekarang harga mulai pulih dan bank pun mulai memberi KPR. Tetapi kebanyakan konsumen masih membeli secara tunai, dan hanya sedikit orang yang bisa mendapat kredit dari bank,” tutur Antonio.

Menurut Adam Barker, Global Director Sterling Income, Houston sangat menarik sebagai lokasi investasi, karena merupakan salah satu kota energi dunia yang sarat bisnis minyak dan gas. “Investor asal Indonesia cukup familiar dengan properti di Houston, dan mereka mengerti keuntungan berinvestasi di sana,” paparnya.
Harga Lebih Murah
Sementara itu, Agatha Meydiana, Presiden Direktur IndoProperty Real Estate—partner Sterling Income di Indonesia—mengatakan, minat investor Tanah Air terhadap properti di Houston cukup bagus. “Kami melakukan pameran mulai Oktober 2011—empat kali di Jakarta dan sekali di Surabaya—dan kami sudah menjual beberapa proyek,” jelasnya.

Saat ini sedang dipasarkan kondominium New Leaf, di Brookglade, Houston, dengan luas antara 534 kaki persegi (62,6 m2) sampai 1.054 kaki persegi (97,9 m2). Harga jualnya berkisar USD34.995 hingga USD49.995 atau sekitar Rp330 jutaan sampai Rp470 jutaan.

Banyaknya minat pembeli, tutur Meydiana, karena harganya lebih rendah dibanding properti di Singapura, bahkan di Indonesia. “Selain itu, pembeli juga mendapat rental guarantee 8% per tahun selama dua tahun,” paparnya. “Jadi sambil menunggu perekonomian AS membaik, mereka mendapat income juga. Itu yang membuat banyak investor tertarik.”

Meydiana menjelaskan, sekitar 60% pembeli merupakan investor, sementara 40% sisanya adalah end-user. “Biasanya mereka bekerja atau menyekolahkan anak-anak mereka di sana,” ujarnya.

“Ini adalah kesempatan terbaik dan harga terbaik. Kalau ada orang yang mau mencoba market di US, ini adalah saat yang tepat,” pungkasnya, sedikit berpromosi.